Perencanaan Keuangan Untuk Keluarga Muda

Ingat 5 perkara sebelum datang 5 perkara. Sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, sempat sebelum sempit, muda sebelum tua, hidup sebelum mati. (Nabi Muhammad Saw).

Keluarga muda adalah pasangan suami istri dengan satu atau dua anak yang masih kecil. Dengan karier yang umumnya sedang menanjak, mereka memerlukan suatu perencanaan keuangan yang komprehensif, karena “tugas keuangan” mereka masih banyak dan masih lama waktunya. Selain memenuhi biaya hidup sehari-hari untuk keluarga, ada sejumlah kebutuhan jangka panjang yang perlu dipersiapkan sejak dini. Setidaknya ada tiga momentum yang menanti mereka di masa depan:

  1. Pendidikan anak
  2. Perjalanan ibadah haji
  3. Masa pensiun

Pendidikan anak adalah sesuatu yang niscaya, dan mendidik anak merupakan kewajiban orangtua. Waktu terbaik mempersiapkan dana pendidikan anak adalah sedini mungkin, kalau perlu sejak anak masih dalam kandungan, karena semakin awal akan semakin murah cicilannya.

badah haji merupakan kewajiban setiap muslim. Memang kewajiban ini hanya diperuntukkan bagi yang mampu. Tapi jika kita punya waktu yang cukup untuk bersiap-siap, saya yakin berangkat haji itu hanya masalah kemauan dan niat.

Masa pensiun juga akan dijalani oleh setiap orang yang dikaruniai usia normal. Setiap kita tentu tidak mau terus bekerja mencari uang seumur hidup. Cape dech… Tapi jika kita abai dengan persiapan yang satu ini, bukan tidak mungkin sampai usia senja pun kita masih harus bekerja. Ingat, dana pensiun bukan hanya monopoli kaum PNS. Setiap orang berhak dan bisa mempersiapkan sendiri dana pensiunnya.
Selain yang tiga itu, tentu masih ada sejumlah cita-cita yang ingin diraih keluarga muda. Tiap orang bisa berbeda. Yang lazim misalnya punya rumah dan kendaraan dan barang-barang lain. Tapi kenapa rumah dan kendaraan tidak saya sebut, karena tanpa diingatkan pun orang sudah akan mengusahakan memperolehnya, minimal dengan cara mencicil. Sedangkan tiga cita-cita di atas kerapkali diabaikan meski sebetulnya juga bisa dicicil, yakni sejak sekarang.

Selain tiga momentum tersebut, ada beberapa peristiwa dalam hidup yang kita semua tidak ingin mengalaminya, tapi itu mungkin saja terjadi. Terjadinya satu dari tiga risiko di bawah ini bisa menghambat bahkan menggagalkan tiga cita-cita kita di atas tadi.

  1. Sakit
  2. Kecelakaan
  3. Kematian di bawah usia harapan hidup

Sakit. Siapa yang dalam hidupnya tidak pernah sakit? Hampir pasti tidak ada. Sakit perlu biaya untuk menyembuhkannya. Semakin parah sakitnya, semakin besar biayanya. Pertanyaannya, kita mau berobat pakai uang sendiri atau ada yang bayarin?

Kecelakaan. Peluang terjadinya kecelakaan itu kecil (dari sekian ribu perjalanan kendaraan setiap hari, berapakah yang mengalami kecelakaan?), tapi dia menguntit siapa saja tanpa pandang bulu, baik yang ceroboh maupun yang berhati-hati. Ketika pagi ini kita berangkat ke kantor, siapa yang menjamin bahwa kita akan sampai di kantor dengan selamat?
Kecelakaan ada yang berakibat cacat (sebagian maupun total) ada yang tidak. Tapi kedua-duanya perlu biaya untuk memulihkannya. Jika kecelakaan itu mengakibatkan cacat, bukan hanya biaya yang diperlukan, tapi penghasilan kita pun jadi berkurang atau malah berhenti karena tidak bisa bekerja seperti sebelumnya.
Kecelakaan pun bisa mengakibatkan kematian.

Kematian. Siapa yang tahu umur manusia? Misteri. Apakah bisa terjadi pada orang muda usia? Bisa. Kematian tidak kenal usia. Dan jika hal ini terjadi pada orang yang menjadi tumpuan ekonomi keluarga, siapa yang sebenarnya terkena akibatnya? Bukan orang itu, karena dia sendiri sudah tidak butuh apa pun kecuali pahala dari amal baiknya (kalau ada). Yang merasakan akibat dari peristiwa kematian pencari nafkah utama adalah anggota keluarga yang ditinggalkan (istri, anak-anak).
Jika orang itu punya harta yang banyak, mungkin istri dan anak-anaknya tidak akan menderita kesusahan secara finansial. Tapi seorang muda biasanya belum punya harta yang banyak (kecuali bisnisnya sangat sukses). Yang ada malah utang (mungkin utang KPR, cicilan motor, dll), dan itulah yang mungkin dia wariskan kepada keturunannya.

Tapi sampai hatikah dia mewariskan utang kepada anak-keturunannya? Siapkah anak-keturunannya membayari utang dia? Jika siap, alhamdulillah. Jika tidak, bisa-bisa kelak dia tertahan di pintu surga (kalau ditakdirkan masuk surga; kalau ke neraka sih langsung aja).

Cara terbaik mempersiapkan dana pendidikan anak adalah berinvestasi. Bukan menabung. Kenapa? Karena biaya pendidikan naik terus setiap tahun. Itulah yang disebut inflasi, dan inflasi di sektor pendidikan tergolong paling tinggi. Jika hanya menabung, maka nilai tabungan kita akan kalah oleh inflasi. Walaupun kita menabung di deposito, bunganya tidak akan kuat menahan kenaikan harga (inflasi). Saat ini bunga deposito rata-rata 4,5% (6% dipotong pajak 20%), sedangkan inflasi di sektor pendidikan sekurang-kurangnya 10%.
Di mana investasinya? Di mana saja, asalkan dia memberikan imbal hasil lebih besar daripada inflasi. Emas, perak, hewan ternak, dan tanah adalah contoh tempat berinvestasi yang aman dari tekanan inflasi. Orangtua-orangtua kita dulu melakukan ini untuk menyiapkan biaya pendidikan kita.

Tempat investasi lainnya adalah reksadana dan saham. Reksadana ada beberapa macam, antara lain reksadana saham, reksadana campuran saham-obligasi, dan reksadana campuran obligasi-deposito. Dana reksadana dikelola oleh manajer investasi yang andal di bidang investasi, kita tinggal nunggu laporan hasilnya. Berbeda dengan reksadana, saham adalah investasi langsung di pasar modal atau bursa efek. Di sini kitalah yang menjadi manajer investasi bagi diri kita sendiri.Reksadana dan saham ini cara modern. Kita perlu “sedikit” belajar untuk menguasainya. Cara ini bisa menghasilkan retur yang lebih besar daripada emas dan perak, tapi risiko ruginya pun lebih besar pula.

Cara yang sama, yaitu investasi, dapat pula kita terapkan pada persiapan ibadah haji dan dana pensiun. Intinya, kita mengumpulkan uang untuk masa depan, namun jangan sampai nilainya tergerus oleh inflasi.
Sebagaimana disebutkan di atas, cita-cita bisa kandas jika terjadi risiko yang tidak diinginkan pada diri kita. Oleh karena itu, sembari kita berinvestasi, kita pun perlu melindungi diri kita dan keluarga dengan asuransi. Yang dilindungi oleh asuransi bukanlah risiko itu sendiri, melainkan keuangan kita. Misalnya, jika kita sakit lalu berobat, dana yang sedianya diinvestasikan jadi terpakai untuk bayar dokter. Jika biaya dokternya mahal, bisa-bisa hasil investasi yang sudah ada pun terpakai semuanya, atau malah kurang sehingga kita terpaksa harus pinjam uang.

Untuk melindungi dari sakit, kita butuh asuransi kesehatan. Jika kita orang kantoran, atau PNS, biasanya sudah ada askes dari kantor. Syukur alhamdulillah, walaupun kecukupannya masih perlu dipertanyakan.
Untuk melindungi dari kecelakaan dan kematian, kita butuh asuransi jiwa. Asuransi kecelakaan jarang yang berdiri sendiri; biasanya dia nempel pada asuransi jiwa.

Demi keluarga yang kita sayangi, berasuransi adalah suatu keniscayaan dalam perencanaan masa depan kita.
Sekarang ini ada produk asuransi yang menggabungkan proteksi dan investasi dalam satu rekening. Namanya unit link. Unit link memberikan proteksi dari sakit (sakit biasa maupun sakit kritis), kecelakaan, dan kematian; pada saat yang sama, juga menyediakan imbal hasil menguntungkan lewat investasi pada reksadana.Sambil kita mempersiapkan cita-cita kita (pendidikan anak, ibadah haji, pensiun), kita pun mendapat perlindungan dari risiko-risiko (sakit, kecelakaan, kematian) yang mungkin menimpa di tengah perjalanan.

Demikian. Semoga Tuhan senantiasa menaungi kita dengan kesehatan dan keselamatan. Semoga cita-cita kita di masa depan menjadi kenyataan. Aminn,,,,

Salam

Sumber :http://myallisya.com/2012/01/22/perencanaan-keuangan-untuk-keluarga-muda/

Leave a comment